Model Pembelajaran Blended Learning
Blended Learning merupakan gabungan dari dua jenis pembelajaran yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring (online). Jadi, malam model ini, siswa akan mengikuti sebagian besar pembelajaran secara online melalui platform digital seperti video pembelajaran, modul, atau e-book, namun juga akan melakukan interaksi tatap muka dengan guru atau teman sekelas untuk sesi pembelajaran tertentu. Model pembelajaran ini memiliki banyak definisi dan pendekatan yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang dan fokusnya.
Berikut adalah beberapa definisi tentang Model Pembelajaran Blended Learning dari ahli:
- "Blended Learning adalah kombinasi dari pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring melalui teknologi, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan fleksibel." (Garrison & Kanuka, 2004)
- "Blended Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dalam suatu lingkungan belajar yang terintegrasi dan terkoordinasi secara sistematis dan fleksibel untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien." (Graham, 2006)
- "Blended Learning adalah penggabungan antara metode pembelajaran tatap muka dan online dengan tujuan mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru, memperkuat interaksi antara siswa dan siswa, serta memperkaya pengalaman belajar siswa." (Oliver & Trigwell, 2005)
Tujuan utama dari Blended Learning adalah meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan menggabungkan pendekatan konvensional dan teknologi digital untuk memaksimalkan pengalaman pembelajaran siswa.
Beberapa tujuan khusus dari Blended Learning adalah:
- Meningkatkan aksesibilitas pembelajaran dengan menyediakan materi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
- Meningkatkan fleksibilitas pembelajaran dengan memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar mereka sendiri.
- Meningkatkan efisiensi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi digital untuk memberikan materi pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan.
- Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan menggabungkan berbagai jenis aktivitas pembelajaran, seperti tugas online dan diskusi kelas.
- Meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan pengalaman pembelajaran yang holistik, di mana siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik secara online maupun offline.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menerapkan blended learning:
- Tentukan tujuan dan sasaran pembelajaran: Sebelum memulai penerapan blended learning, tentukan terlebih dahulu tujuan dan sasaran pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini akan membantu Anda merencanakan strategi pembelajaran yang tepat.
- Identifikasi materi yang akan disampaikan secara online dan offline: Identifikasi materi pembelajaran yang cocok untuk disampaikan secara online dan offline. Misalnya, materi yang lebih cocok disampaikan secara online seperti video pembelajaran, sementara materi yang lebih cocok disampaikan secara tatap muka seperti diskusi kelompok.
- Buat jadwal pembelajaran: Buat jadwal pembelajaran yang jelas untuk memastikan bahwa setiap materi dapat disampaikan dengan efektif. Jadwal ini harus mencakup waktu untuk pembelajaran online dan offline.
- Persiapkan bahan ajar online dan offline: Persiapkan bahan ajar untuk pembelajaran online dan offline. Untuk pembelajaran online, siapkan video, modul pembelajaran, dan tugas. Untuk pembelajaran offline, siapkan bahan ajar berupa buku dan alat tulis.
- Pilih platform pembelajaran online: Pilih platform pembelajaran online yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Pastikan platform tersebut mudah digunakan dan dapat diakses oleh semua peserta, misalnya Google Classroom.
- Siapkan lingkungan pembelajaran yang kondusif: Siapkan lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk pembelajaran tatap muka. Pastikan ruang kelas dilengkapi dengan fasilitas yang diperlukan untuk pembelajaran seperti proyektor, papan tulis, dan koneksi internet yang cepat.
- Evaluasi hasil pembelajaran: Evaluasi hasil pembelajaran secara berkala untuk mengetahui apakah pembelajaran yang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Berikut ini adalah beberapa jenis blended learning :
- Model A La Carte (Horn & Staker, 2014): Model ini memungkinkan siswa untuk memilih bagian tertentu dari pembelajaran online dan tatap muka sesuai kebutuhan dan minat mereka. Siswa dapat mengakses sumber belajar online melalui platform pembelajaran online dan bertemu dengan guru secara tatap muka ketika diperlukan.
- Model Rotasi (Horn & Staker, 2014): Model ini melibatkan pembelajaran online dan tatap muka secara bergantian. Siswa akan membagi waktu di antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
- Model Fleksibel (Garrison & Vaughan, 2008): Model ini memberikan pilihan fleksibilitas dalam memilih bagian mana dari pembelajaran yang dilakukan secara online atau tatap muka. Siswa dapat memilih komponen pembelajaran online atau tatap muka sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
- Model Lab Blend (Horn & Staker, 2014): Model ini melibatkan sekelompok siswa yang belajar online secara terpusat di laboratorium komputer atau ruang kelas khusus. Guru hadir di ruang kelas untuk membantu siswa dengan tugas-tugas online, memberikan umpan balik, dan memberikan pengajaran tatap muka.
Berikut ini adalah beberapa kelebihan blended learning :
- Meningkatkan efektivitas pembelajaran (Garrison & Kanuka, 2004): Blended learning memanfaatkan kelebihan dari pembelajaran tatap muka dan online sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dalam model ini, siswa dapat belajar dengan lebih interaktif dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
- Meningkatkan fleksibilitas pembelajaran (Garrison & Kanuka, 2004): Blended learning memungkinkan siswa untuk belajar secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan jadwal mereka. Pembelajaran online dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, sementara pembelajaran tatap muka dapat dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan.
- Meningkatkan partisipasi siswa (Lage, Platt, & Treglia, 2000): Blended learning dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran karena siswa dapat belajar dengan cara yang lebih menarik dan interaktif melalui penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
- Memperkaya pengalaman belajar siswa (Graham, 2006): Blended learning dapat memperkaya pengalaman belajar siswa karena siswa dapat mengakses berbagai sumber belajar online, seperti video, simulasi, dan sumber belajar interaktif lainnya.
- Meningkatkan efisiensi pembelajaran (Garrison & Kanuka, 2004): Blended learning dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran karena siswa dapat memperoleh materi pembelajaran online, sementara guru dapat memberikan umpan balik dan pengajaran tatap muka pada materi yang memerlukan bimbingan dan dukungan lebih lanjut.
Berikut ini adalah beberapa kekurangan model blended learning:
- Keterbatasan akses teknologi (Garrison & Kanuka, 2004): Blended learning memerlukan akses teknologi yang memadai, seperti komputer, koneksi internet, dan platform pembelajaran online. Keterbatasan akses teknologi dapat menjadi hambatan bagi siswa yang tidak memiliki akses teknologi yang memadai.
- Memerlukan dukungan dan pelatihan yang memadai (Graham, 2006): Blended learning memerlukan dukungan dan pelatihan yang memadai bagi guru dan siswa. Guru perlu dilatih dalam menggunakan teknologi dan mengembangkan materi pembelajaran online, sementara siswa perlu dilatih dalam mengakses dan memanfaatkan sumber belajar online.
- Memerlukan pengelolaan waktu yang efektif (Garrison & Kanuka, 2004): Blended learning memerlukan pengelolaan waktu yang efektif dari siswa. Siswa harus dapat mengatur waktu mereka dengan baik agar dapat mengakses sumber belajar online dan menghadiri pertemuan tatap muka dengan guru.
- Tidak cocok untuk semua jenis materi pembelajaran (Lage, Platt, & Treglia, 2000): Blended learning mungkin tidak cocok untuk semua jenis materi pembelajaran. Materi yang memerlukan bimbingan dan dukungan lebih lanjut dari guru mungkin tidak cocok untuk pembelajaran online, sementara materi yang memerlukan interaksi antar siswa mungkin tidak cocok untuk pembelajaran tatap muka.
- Memerlukan pembiayaan yang cukup (Graham, 2006): Blended learning memerlukan pembiayaan yang cukup untuk pengembangan materi pembelajaran online, pengadaan teknologi, dan pelatihan bagi guru dan siswa.
Secara umum model pembelajaran blended learning dapat menjadi solusi alternatif dalam menghadapi situasi pembelajaran yang berubah-ubah, dan model pembelajaran ini juga cocok diterapkan untuk kurikulum merdeka, namun harus dipertimbangkan baik-baik kelebihan dan kekurangan dari model ini agar dapat diimplementasikan dengan baik dan efektif dalam konteks pembelajaran dan kebutuhan peserta didik.
Model pembelajaran selanjutnya adalah Model Pembelajaran Inkuiri, pembahasannya klik DISINI.
Referensi:
Garrison, D. R., & Vaughan, N. D. 2008. Blended learning in higher education: Framework, principles, and guidelines. John Wiley & Sons.
Garrison, D. R., & Kanuka, H. 2004. Blended learning: Uncovering its transformative potential in higher education. The Internet and Higher Education, 7(2), 95-105. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2004.02.001
Graham, C. R. 2006. Blended learning systems: Definition, current trends, and future directions. Handbook of blended learning: Global perspectives, local designs, 3-21. https://www.researchgate.net/publication/258834966_Blended_learning_systems_Definition_current_trends_and_future_directions
Horn, M. B., & Staker, H. 2014. Blended: Using disruptive innovation to improve schools. John Wiley & Sons.
Lage, M. J., Platt, G. J., & Treglia, M. 2000. Inverting the classroom: A gateway to creating an inclusive learning environment. The Journal of Economic Education, 31(1), 30-43. https://doi.org/10.2307/1183338
Oliver, M., & Trigwell, K. 2005. Can ‘blended learning’be redeemed?. E-Learning, 2(1), 17-26. https://www.researchgate.net/publication/250151886_Can_'Blended_Learning'_Be_Redeemed