Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran STAD

STAD adalah singkatan dari Student Teams Achievement Division, yang merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Model ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui kerja sama tim dalam konteks pembelajaran kelas.

Dalam Model Pembelajaran STAD, kelas dibagi menjadi beberapa tim yang terdiri dari empat hingga enam anggota. Anggota-anggota tim tersebut bervariasi dalam hal kemampuan akademik, gender, dan latar belakang sosial. Setiap anggota tim bertanggung jawab atas pemahaman materi pelajaran tertentu, dan mereka saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan belajar mereka.

Pengertian Model Pembelajaran STAD menurut beberapa ahli:

  • Robert Slavin (2015): Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui kerja sama tim dalam konteks pembelajaran kelas.
  • Johnson dan Johnson (2009): Dalam bukunya yang berjudul "Cooperative Learning in the Classroom", mereka menjelaskan bahwa STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang berfokus pada keberhasilan tim dan interaksi positif antar siswa.
  • Kagan (1994) : Model STAD mengacu pada model pembelajaran berbasis tim yang melibatkan kerja sama, saling bantu-membantu, dan partisipasi aktif siswa dalam memahami materi pelajaran.
Model Pembelajaran STAD menekankan pada kerjasama antar siswa, saling membantu, dan tanggung jawab individu terhadap pembelajaran mereka sendiri. Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dengan bekerja dalam tim, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik, mengembangkan keterampilan sosial, dan merasakan rasa kepemilikan terhadap prestasi kelompok mereka.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam Model Pembelajaran STAD yaitu sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim
  • Siswa dibagi menjadi tim dengan anggota yang beragam.
  • Pembagian tim dapat dilakukan secara acak atau berdasarkan kriteria tertentu, seperti kemampuan akademik, gender, atau latar belakang sosial.
2. Penjelasan Materi
  • Guru memberikan penjelasan tentang materi pelajaran kepada seluruh kelas.
  • Guru memastikan bahwa semua siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan.
3. Klasifikasi Kemampuan
  • Setiap anggota tim memiliki peran yang berbeda dalam mempelajari materi pelajaran.
  • Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat bertindak sebagai tutor atau pemimpin tim, sedangkan siswa dengan kemampuan yang lebih rendah akan mendapatkan bantuan tambahan.
4. Belajar Mandiri
  • Setelah tim terbentuk, siswa belajar secara mandiri untuk memahami materi pelajaran yang telah diajarkan.
  • Setiap anggota tim bertanggung jawab atas pemahaman mereka sendiri dan belajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
5. Kelompok Diskusi
  • Setelah belajar mandiri, anggota tim berkumpul untuk berdiskusi dan saling membantu dalam memahami konsep yang sulit.
  • Mereka berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka, menjelaskan konsep-konsep yang sulit, dan memberikan dukungan kepada satu sama lain.
6. Tes Individu
  • Setelah proses belajar, setiap anggota tim mengikuti tes individu untuk mengukur pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
  • Skor individu ini akan digunakan untuk menghitung skor tim.
7. Tim Skor
  • Skor individu dijumlahkan untuk setiap tim.
  • Tim dengan skor tertinggi akan mendapatkan pengakuan atau hadiah sebagai bentuk penghargaan.
  • Penghargaan ini dapat berupa sertifikat, poin tambahan, atau pengakuan lainnya.
8. Evaluasi dan Pemantauan
  • Guru melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran tim dan perkembangan individu dalam pemahaman materi.
  • Guru memberikan umpan balik kepada tim dan siswa untuk membantu mereka meningkatkan kinerja dan pemahaman mereka.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk mendorong kerja sama, saling membantu, dan tanggung jawab individu dalam proses pembelajaran. Dengan mengikutsertakan semua anggota tim dalam diskusi dan kerjasama, setiap siswa memiliki kesempatan untuk memahami materi secara mendalam dan memperoleh dukungan dari rekan tim mereka.

Kelebihan Model Pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:
  • Meningkatkan Kerjasama: Model ini mendorong kerjasama dan kolaborasi antara siswa. Mereka belajar bersama dalam tim, saling membantu, dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
  • Peningkatan Pemahaman: Melalui diskusi dan pembelajaran mandiri, siswa memiliki kesempatan untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Mereka dapat saling menjelaskan konsep yang sulit dan berbagi pengetahuan mereka.
  • Pembelajaran Aktif: Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga berperan dalam menjelaskan dan memahami konsep, memecahkan masalah, dan berdiskusi dengan rekan tim.
  • Keterampilan Sosial: Model ini membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, seperti komunikasi, kerjasama, pemecahan masalah bersama, dan penghargaan terhadap keragaman. Mereka belajar bekerja dalam tim dengan anggota yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
  • Peningkatan Motivasi: Kerja sama tim dan penghargaan yang diberikan kepada tim dengan skor tertinggi dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mencapai tujuan mereka.
Kekurangan Model Pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:
  • Membutuhkan Waktu yang Lebih Lama: Implementasi model ini membutuhkan waktu yang lebih lama karena melibatkan tahapan pembelajaran mandiri, diskusi kelompok, dan penilaian individu. Hal ini dapat membatasi cakupan materi yang dapat dicakup dalam satu sesi pembelajaran.
  • Perbedaan Kemampuan Siswa: Model ini dapat menghadirkan tantangan jika terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan siswa di dalam satu tim. Siswa dengan kemampuan lebih rendah mungkin mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan memahami materi pelajaran.
  • Tergantung pada Kerjasama Tim: Keberhasilan pembelajaran dalam model ini sangat tergantung pada kerjasama dan kontribusi aktif dari setiap anggota tim. Jika ada anggota tim yang tidak berpartisipasi secara optimal, maka pembelajaran tim secara keseluruhan dapat terpengaruh.
  • Kurangnya Fokus pada Individu: Model STAD menekankan pada kerja tim, namun kurang memberikan penekanan pada perbedaan individu dan kebutuhan belajar mereka secara spesifik. Beberapa siswa mungkin membutuhkan pendekatan pembelajaran yang lebih individualis.
  • Evaluasi yang Kompleks: Penilaian dalam model ini dapat menjadi kompleks karena memerlukan penilaian individu dan penilaian kelompok. Memastikan konsistensi dan keadilan dalam penilaian dapat menjadi tantangan.
Penting untuk memperhatikan bahwa kelebihan dan kekurangan ini dapat bervariasi tergantung pada implementasi dan adaptasi yang dilakukan oleh guru dalam konteks kelas mereka. Penting juga untuk mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik siswa ketika memilih model pembelajaran yang tepat.

Penerapan Model Pembelajaran STAD dengan menggunakan kurikulum merdeka dapat menjadi kombinasi yang menarik untuk mempromosikan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan mandiri. Karena kurikulum merdeka adalah pendekatan yang memberikan kebebasan dan kemandirian kepada siswa dalam menentukan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian.

Referensi:

Johnson, D. W., & Johnson, R. T. 2009. Cooperative Learning in the Classroom. Association for Supervision and Curriculum Development.

Kagan, S. 1994. Cooperative Learning. San Clemente, CA: Resources for Teachers, Inc.

Slavin, R. E. 2015. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Pearson.